Dalam
Pedoman Penggolongan dan Gangguan Jiwa (PPDGJ) edisi ke III, autisme
digolongkan dalam gangguan perkembangan pervasif dengan kode F.84. Gangguan
perkembangan pervasif adalah gangguan yang ditandai dengan kelainan kualitatif
dalam interaksi sosial yang timbal balik dan dalam pola komunikasi, serta minat
dan aktivitas terbatas, stereotipik, berulang yang menunjukkan gambaran yang
pervasif dari fungsi-fungsi individu dalam semua situasi dengan derajat
keparahan yang berbeda-beda.
Saat ini terapi musik menjadi sebuah pilihan untuk menstimulasi anak- anak penyandang
autisme dan bisa dikatakan aktivitas musik mempunyai andil dalam kesuksesan
ini, kontribusinya sangat bernilai dalam usaha mengatasi autisme ini. Namun di
Indonesia sendiri belum ada data riil yang melaporkan tentang efetivitas
penggunaan terapi musik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
terapi musik efektif dalam mengoptimalkan kemampuan berbahasa pada anak autis”.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kasus tunggal (Single Case
Exsperimental Design) dengan desain A-B-A yaitu A fase pengukuran dan B fase
perlakuan. Subjek penelitian adalah anak-anak penyandang autisme dengan
kemampuan verbal. Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Restu Bunda Terapi
Terpadu A-Plus di Jalan Imam Bonjol Batu. Teknik pengumpulan data ini dilakukan
dengan cara observasi, pengukuran kemampuan berbahasa, dan kuisioner. Analisis
data menggunakan analisis grafik yang menyajikan hasil deskriptif dan
dilengkapi dengan uji regresi teknik uji-t (t-test).
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan, bahwa kemampuan berbahasa keempat
subjek penelitian mengalami peningkatan setelah diberi terapi musik. Subjek
yang semula kurang ekspresif, reaksi lambat, kurang komunikatif, kurang bisa
melakukan kontak mata dengan baik saat berbicara, kurang bisa mengulang
kata-kata yang diucapkan orang lain, kurang bisa mengenali nama-nama benda
disekitarnya. Setelah, diberikan terapi musik, subjek mengalami peningkatan
dalam hal tersebut. Dalam artian subjek lebih komunikatif, reaksi cepat, lebih
komunikatif, dapat mengulang kata-kata yang diucapkan oleh orang lain, mampu
melakukan kontak mata dan lebih mengenal nama-nama benda yang ada disekitarnya
dengan benar. Demikian juga, setelah dilakukan analisis regresi uji-t (t-test)
pada progam SPSS 12.0 for windows, untuk masing-masing perlakuan (pre-test dan
post-test). Didapatkan thitung sebesar 13,032 dengan signifikansi t sebesar
0,000. Karena thitung lebih besar ttabel (13,032 > 1,993) atau signifikansi
t lebih besar dari 5% (0,000 < 0,05), maka secara parsial pre-test berpengaruh
signifikan terhadap post-test atau mengalami kenaikan setelah dilakukan
perlakuan terapi dengan musik klasik. Dengan kata lain, terapi musik klasik
efektif dalam mengoptimalkan kemampuan berbahasa pada anak autis di pusat
terapi terpadu A plus di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar