Kamis, 17 Mei 2012

Dampak Perceraian Orangtua Terhadap Emosi Anak Di SDN Ketawanggede I


Keluarga merupakan lembaga terkecil dalam sistem sosial kemasyarakatan. Bagi
anak keluarga merupakan lembaga primer yang tidak dapat diganti dengan kelembagaan
yang lain. Pada kenyataannya, tidak semua keluarga dapat menjalankan fungsinya dengan
baik. Di antara unit sosial, keluarga merupakan unit yang sangat komplek. Banyak
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh para anggota keluarga yang satu dengan anggota
keluarga yang lain. Seringkali keseimbangan akan terganggu dan membahayakan
kehidupan keluarga yang mengakibatkan keluarga tidak akan merasakan kebahagiaan.
Tidak jarang perselisihan-perselisihan dan pertengkaran-pertengkaran diantara suami-istri
tersebut berakhir dengan perceraian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ekspresi emosi anak yang
orangtuanya bercerai, kondisi emosi anak yang orangtuanya bercerai, perkembangan emosi
anak yang orangtuanya bercerai, dan dampak perceraian orang tua terhadap emosi anak.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan
pendekatan fenomenologis. Alat observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan check list. Wawancara dilakukan secara mendalam (in depthinterview).
Dalam penelitian ini mengambil dua orang subyek, masing-masing subyek
memiliki data-data lengkap yang di dapat guru wali kelas dan orangtua yang mengasuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Ekspresi emosi yang sering tampak dalam
diri anak adalah ekspresi sedih dan marah, anak cenderung lebih pendiam. Ungkapan
kesedihannya dengan menangis, sedangkan ungkapan marah anak dengan bertindak kasar
sampai menyakiti saudaranya. (2) Kondisi emosi anak dalam mengenali emosi diri sendiri,
cenderung dikuasai emosi dan pasrah terhadap apa yang menimpanya sehingga tidak dapat
berubah keadaan sehingga secara langsung dalam mengelola emosi, mereka terbilang
lemah, yaitu memiliki daya control emosi yang rendah. Dalam hal memotivasi diri, mereka
seperti tidak memiliki semangat, sehingga prestasi di sekolahnya menurun. Dalam
lingkungan sosialnya, mereka kurang memiliki kepekaan terhadap apa yang dirasakan
orang lain, secara langsung membina hubungan dengan orang lainpun, tidak terjalin dengan
baik. (3) Perkembangan emosi anak terganggu, tidak memiliki rasa aman, merasa
kehilangan perlindungan, selalu diliputi dengan kecemasan, merasa malu, minder, dan
tertekan. Anak korban perceraian orangtua mengalami kondisi traumatis dan pengalaman
yang tidak menyenangkan. (4) Dampak perceraian yang dirasakan anak yaitu tidak dapat
menyesuaikan diri dalam lingkungan sosialnya atau sulit untuk beradaptasi. Anak minder
karena berasal dari keluarga broken home, selain itu anak tidak memiliki keceriaan seperti
anak-anak lain yang seusia dengannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar