Pondok
pesantren Tebureng semakin berkembang pesat. Santri yang
berdatangan menimba ilmu semakin banyak dan beragam, masing-masing
membawa misi dan latar belakang beragam pula. Untuk menangani santri sebayak
1300 orang bukanlah hal yang mudah. Perlu tenaga yang besar untuk menciptakan
ketertiban demi keamanan dan kenyamanan bersama, karenanya perlu adanya
peraturan. Peraturan berisikan tentang hal yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan di pesantren. Ketika suatu kepatuhan dituntut untuk terjadi, maka
santri
perlu menanamkan efek positif dari peraturan kepada diri mereka. Pemahaman
tentang kebaikan peraturan akan mereka dapatkan ketika mereka mampu berfikir
positif tentang peraturan. Dari sinilah perlunya di adakan pelatihan berfikir
positif
yang dicetuskan oleh Dr Ibrahim Elfiky (1999). Dalam pelatihan ini dimensi
perasaan, perilaku dan kesadaran mendapat sentuhan yang mendalam tidak hanya
dalam teori tapi juga prakteknya. Menurut beliau proses berfikir tidak hanya
terhenti pada kognisi saja tapi nantinya akan tercermin dalam perasaan dan
perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari.
Keterkaitan antara berfikir positif terhadap kepatuhan yang ada dijelaskan
oleh reasoned action theory bahwasannya intensitas santri untuk patuh
dipengaruhi oleh sikap, norma dan kontrol dari lingkungan. Apabila seorang
santri
mempunyai sikap positif kemudian berfikir positif sesuai norma yang ada,
kontrol
dari lingkungan juga mendukung untuk terjadinya kepatuhan maka santri tersebut
akan memunculkan niatan untuk patuh yang akhirnya melahirkan suatu
kepatuhan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelatihan berfikir positif
mempengaruhi sikap dan perilaku santri (sebagai peserta pelatihan). Penelitian
ini
menggunakan metode random assigment one group pre-test post-test design.
Metode ini adalah metode eksperimen yang pada akhir pelatihan diberikan
penugasan secara berkala. Design ini juga menggunakan pengukuran sebelum dan
sesudah pelaksanaan pelatihan diberikan. Pengambilan sampel menggunakan
metode purposive sampling, suatu pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri
tertentu. Ciri-ciri sampel pada penelitian ini adalah menempuh pendidikan
jenjang
SMA/MA, mempunyai tingkat pelanggaran sedang dengan rekomendasi dari
pembina dan menghuni pondok pesantren Tebuireng minimal selama 1 tahun.
Dari penentuan sampel tadi didapatkan 20 orang peserta pelatihan yang telah
memenuhi ciri-ciri yang diajukan baik putra maupun putri.
Berdasarkan data pengukuran kemudian dilakukan analysis independent
sample T-Test pada program SPSS 15.0 for windows, diperoleh nilai-t hitung
lebih
besar dari nilai-t tabel, yaitu 2,688 > 1,734 dan taraf signifikan 0,009
< 0,05.
Maka dari hasil analisa terlihat bahwa ada pengaruh yang signifikan dalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar