Kamis, 17 Mei 2012

Kecerdasan Kenabian Pada Keturunan Rasulullah SAW (Studi Kasus Pada Keturunan Nabi Muhammad SAW)


Ada dua pandangan yang melatarbelakangi penelitian ini. Satu, pandangan
yang menyatakan bahwa intelegensi dapat diturunkan secara genetik. Dua, adanya
konsep baru yang dikenal dengan kecerdasan kenabian, di mana Nabi diletakkan
sebagai acuan utama dalam konsep kecerdasan tersebut. Dua pandangan ini
memberi motivasi kepada peneliti untuk mempelajarinya dalam bingkai
penelitian. Maka muncul beberapa pertanyaan yang menarik untuk diteliti, yaitu:
(1) Bagaimana kondisi kecerdasan kenabian pada keturunan Nabi? (2) Apakah
problem yang dihadapi oleh keturunan Nabi dalam pengembangan kecerdasan
kenabian? (3) Apakah faktor-faktor pengembangan kecerdasan kenabian pada
keturunan Nabi? (4) Bagaimanakah pola yang digunakan oleh keturunan Nabi
dalam pengembangan kecerdasan kenabian?
Dengan dilakukannya penelitian ini, maka peneliti dapat mendiskripsikan
kondisi kecerdasan kenabian pada keturunan Nabi, menganalisis problem yang
dihadapi oleh keturunan Nabi dalam pengembangan kecerdasan kenabian,
mengetahui faktor-faktor pengembangan kecerdasan kenabian pada keturunan
Nabi, serta mengetahui pola yang digunakan oleh keturunan Nabi dalam
pengembangan kecerdasan kenabian.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan
model studi kasus. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan
observasi. Analisa data menggunakan metode Miles dan Hoberman dengan
melalui tiga tahap, yaitu: data reduction, data display, dan conclution drawing
atau verivication. Kedua Subjek merupakan keturunan langsung dari Rasulullah
saw. Subjek I merupakan keturunan ke-34 dan bermarga ’Semith’ sedangkan
Subjek II adalah keturunan ke-39 bermarga ’Al-Habsyi’.
Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan persamaan pada
pola yang dikembangkan oleh kedua subjek. Subjek I (HD) dan Subjek II (SF)
sama-sama memiliki kemampuan intuitif dalam melihat sesuatu yang abstrak dan
belum terjadi. Hal ini merupakan hasil dari pola yang dikembangkan oleh
keduanya, yaitu melakukan secara konsisten bacaan dzikir setiap saat dan setiap
waktu (Dzikir Qolb). Jika Dipandang dari perspektif kecerdasan kenabian, dzikir
dapat membuka hijab yang menutup hati sehingga terbukalah hati (mukasyafah).
Peneliti juga menemukan kesamaan dalam bentuk kecerdasan kenabian pada
kedua Subjek, seperti: tawakkal, optimis, open minded, olah akal berada di bawah
koordinasi hati, buah pikiran bersifat solutif, menghormati diri dan orang lain,
mengerti perasaan orang lain, jujur, dapat dipercaya, istiqamah, serta syukur.
Kesemua bentuk sikap tersebut merupakan penjabaran dari empat indikasi
kecerdasan kenabian, yaitu: adversity quotient, intelectual quotient, emosional
quotient dan spiritual quotient.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar