Sabtu, 03 Desember 2011

STUDI RETROSPEKTIF PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERMUSIK INDIVIDU TUNANETRA (Studi Kasus pada YF - Pemusik dengan Ketunanetraan - di Wyata Guna) 0606453


STUDI RETROSPEKTIF PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERMUSIK INDIVIDU TUNANETRA (Studi Kasus pada YF - Pemusik dengan Ketunanetraan - di Wyata Guna) 0606453

Tidak semua orang terlahir dengan fisik yang sempurna. Ada beberapa macam kelainan fisik yang dialami oleh seseorang pada saat dilahirkan. Salah satunya adalah ketunanetraan. Tunanetra adalah suatu keadaan dimana fungsi penglihatan seseorang berkurang atau tidak dapat berfungsi sama sekali. Musik merupakan sesuatu keahlian yang dapat dimiliki oleh setiap orang, sekalipun dalam ketunanetraan. Ada banyak sekali contoh individu tunanetra yang mengalami kesuksesan dalam bidang musik. Di Bandung sendiri, ada cukup banyak pemusik yang mengalami ketunanetraan. Salah satunya adalah YF, seorang individu tunanetra yang tinggal di PSBN Wyata Guna. Penelitian ini ingin mengungkap bagaimana perkembangan kemampuan bermusik YF. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitiatif dengan metode studi kasus. Pemilihan subjek berdasarkan purposive sampling dengan kriteria individu tunanetra total dan mampu memainkan salah satu jenis alat musik. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara semi terstruktur, dan divalidasi dengan teknik triangulasi hasil data yang didapatkan dari subjek. Landasan teori yang digunakan adalah teori perkembangan kemampuan bermusik yang dikemukakan oleh A.T. Mahmud, dan teori-teori perkembangan tunanetra lainnya yang mendukung. Hasil penelitian yang  didapatkan menunjukkan bahwa YF memiliki kemampuan bermusik yang sama dengan individu awas. Hal ini berarti bahwa ketunanetraan tidak menjadi penghambat dalam mengasah skill atau keahlian seorang tunanetra dalam bidang tertentu, dalam hal ini musik. Hanya saja perbedaannya terletak dalam cara mempelajarinya. Apabila individu awas lebih berorientasi pada indera pendengaran dan penglihatan, individu tunanetra lebih berorientasi indera pendengaran, indera perabaan dan ingatan. Mereka belajar dengan mendengar suatu lagu, mengingatnya, dan kemudian menirukan nada-nada yang didengarkan. Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa pada umumnya, perkembangan individu tunanatera dalam aspek motorik, kognitif, sosial, emosi, cenderung lebih lambat jika dibandingkan dengan individu awas. Hal ini disebabkan oleh perbedaannya cara belajar, yang terhambat oleh ketiadaannya fungsi penglihatan. DOWNLOAD FILE LENGKAPNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar