Jumat, 02 Desember 2011

SUMBER SELF-ESTEEM PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi kasus pada dua perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga yang masih bertahan dalam pernikahan) 044444


SUMBER SELF-ESTEEM PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi kasus pada dua perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga yang masih bertahan dalam pernikahan)044444


Isu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) pada perempuan belakangan ini mulai banyak diperbincangkan baik melalui media massa, media elektronik maupun melalui seminar atau talk show-talk show. Bila melihat dari sisi pelaku dan korban, pelaku kekerasan banyak dilakukan oleh suami kepada istrinya. Tak sedikit korban yang memilih untuk bertahan dalam pernikahannya. Sehingga, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana perempuan korban kekerasan menilai keberhargaan dirinya sendiri sehingga memutuskan tetap bertahan dalam perkawinannya. Fokus dan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sumber self-esteem perempuan korban KDRT.  Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empirik yang menjadi sumber utama harga diri self-esteem perempuan korban KDRT yang masih bertahan dalam pernikahan. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah perempuan yang memenuhi kriteria korban KDRT. Pemilihan subjek dilakukan dengan Purposive berdasarkan karakteristik subjek yang ditentukan dalam penelitian ini. Yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah teori Self-esteem Coopersmith, yaitu teori yang mengemukakan empat sumber self-esteem melputi kekuasaan (power), kebajikan (significance), kebajikan (virtue) dan kemampuan (competence). Penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam disertai dengan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek I (F) lebih menitikberatkan pada pencapaian kebajikan (virtue) dan kemampuan (competence) dalam mencapai keberhargaan dirinya dibandingkan kekuasaan (power) dan keberartian (significance). Sedangkan untuk subjek II (S), ia lebih menitikberatkan pada pencapaian kebajikan (virtue) dalam mencapai keberhargaan dirinya dibandingkan kekuasaan (power), keberartian (significance) dan kemampuan (competence). Kesamaan pada kedua subjek adalah keduanya menitik beratkan pada kebajikan (virtue) sebagai sumber self-esteemnya. Rekomendasi penelitian ini adalah diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat meneliti tema yang sama dalam rentang usia pernikahan yang berbeda.DOWNLOAD FILE LENGKAPNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar